Halaman





Rabu, 02 Januari 2013

H. Sumarno, SH. (Sekcam Kec. Kandanghaur) Tradisi Jodoh Jaringan Sudah Punah

MASYARAKAT umum di Indramayu masih mengira bahwa tradisi jodoh “jaringan” yang berlangsung setiap malam Sabtu di Pasar Parean, tepatnya di depan kantor Kecamatan Kandanghaur, masih terus berlangsung. Ternyata, tradisi itu sudah lama punah.
“Saya sudah setahun sebagai Sekcam di Kecamatan Kandanghaur, tidak pernah melihat acara tradisi jodoh jaringan. Tradisi itu sudah punah. Sekarang, remaja pria yang apel ke pacarnya, langsung datang ke rumahnya. Pendidikan di Kandanghaur sudah maju. Itu berpengaruh pada pola pikir masyarakat khususnya remaja. Walaupun tinggal di pelosok, kesadaran untuk tidak menikah dini, sudah dimiliki. Mereka pasti ingin tamat sekolah dan membantu orang tua dulu sebelum menikah. Penempatan harga diri juga semakin baik. Sekarang, anak perempuan mana yang malam-malam mau jental-jentul di lapangan kemudian ditarik-tarik anak lelaki. Lebih baik di rumah mengerjakan PR, dan kalau jenuh bisa nonton TV dengan keluarga. Kepunahan tradisi jodoh jaringan, tidak dipermasalahkan oleh masyarakat Kandanghaur. Punah karena memang tidak sesuai lagi dengan kemajuan zaman,” tutur H. Sumarno, S.H., yang ditemui MH di ruang kerjanya.

Apa mau dikata, kalau memang sudah punah. Toh nilai positifnya tidak significant. Lebih baik, para remaja Kandanghaur lebih rajin belajar, dan membangun daerahnya dengan karya. Salah satu karya wong Kandanghaur adalah krupuk dombret.
Tetapi mantan Bupati Yance pernah protes, “Namanya diganti, jangan krupuk dombret!” Tetapi bagaimana ya, krupuk dombret sudah terlanjur memasyarakat? Pertamina Balongan juga sudah membantu pengembangannya secara cuma-cuma sebesar sepuluh juta rupiah.
Yah, jodoh jaringan yang di dalamnya ada unsur dombret, memang punah, tetapi tetap dikenang dalam nama krupuk dombret.
 inilah gambaran tempat  terkenal dengan pasan jodoh parean seperti di dendangkan  dalam lagunya dedy


0 komentar:

Posting Komentar